Sabtu, 26 Maret 2016

Ogoh- ogoh Tahun caka 1938 Dusun Jelijih Tegeh

Ogoh-ogoh Tahun Caka 1938 Dusun Jelijih Tegeh


Pada hari pengrupukan selasa 8 maret 2016, segenap krama banjar Dusun Jelijih Tegeh mengadakan upacara ngrebeg yaitu mepiuning/mengarahkan para buta kala pada tempat semestinya agar dan di mohon tidak lagi mengganggu manusia karena telah di beri persembahan sebelumnya, salah satu kegiatan tersebut yaitu berupa acara mengarak ogoh-ogoh mengelilingi lingkungan banjar sebagai bentuk perwujudan bhuta kala ogoh-ogohdilambangkan seram ,beringas,angker yang tak lain merupakan sifat bhuta.Tujuan darikegiatan mengarak ogoh-ogoh adalah untuk mengusir sifat bhuta dan dinetralkan kembali sehingga kembali harmonis dan tercapailah lingkungan banjar kita kembali pada sifat dharma dan canti.Pada hari yang sama para krama banjar juga melakukan upacara meobor-obor dan ngrebeg pada lingkungan rumah masing-masing dengan tujuan yang sama yaitu menempatkan para bhuta pada tempat asalnya agar tidak mengganggu keberadaan manusia.

Photo dokumentasi ogoh-ogoh tahun caka 1938



Ogoh- ogoh Tahun caka 1938 Dusun Jelijih Tegeh

Ogoh-ogoh Tahun Caka 1938 Dusun Jelijih Tegeh


Pada hari pengrupukan selasa 8 maret 2016, segenap krama banjar Dusun Jelijih Tegeh mengadakan upacara ngrebeg yaitu mepiuning/mengarahkan para buta kala pada tempat semestinya agar dan di mohon tidak lagi mengganggu manusia karena telah di beri persembahan sebelumnya, salah satu kegiatan tersebut yaitu berupa acara mengarak ogoh-ogoh mengelilingi lingkungan banjar sebagai bentuk perwujudan bhuta kala ogoh-ogohdilambangkan seram ,beringas,angker yang tak lain merupakan sifat bhuta.Tujuan darikegiatan mengarak ogoh-ogoh adalah untuk mengusir sifat bhuta dan dinetralkan kembali sehingga kembali harmonis dan tercapailah lingkungan banjar kita kembali pada sifat dharma dan canti.Pada hari yang sama para krama banjar juga melakukan upacara meobor-obor dan ngrebeg pada lingkungan rumah masing-masing dengan tujuan yang sama yaitu menempatkan para bhuta pada tempat asalnya agar tidak mengganggu keberadaan manusia.

Photo dokumentasi ogoh-ogoh tahun caka 1938



Senin, 21 Maret 2016

Sejarah Singkat Dusun Jelijih


Konon ada seorang maharesi yang memiliki kemampuan yang cukup tinggi dan suci dan beliau tinggal ditempat ini dan beliau memiliki pengikut atau sisia dan karena kemuliaan beliau maka para pengikutnya sangat yakin dengan petunjuknya, dan pada suatu ketika para pengikutnya sangat resah karena kekurangan makanan akhirnya para tokohnya menyampaikan hal itu kepada dang guru dan atas petunjuk Hyang Kuasa agar mohon anugrah di Pura Dalem pada Ibu Dewi Uma di Pura Dalem yang saat itu belum ada istilah Desa Adat dan setelah dilakukan konon diberkati dengan bahan makanan yang berupa biji-bijian yang dikenal dengan buah jali-jali atau jijih jali-jali dan dari jijih-jijih yang banyak dari biji jali-jali itu maka tempat ini kemudian dikenal dengan nama Jelijih yang berasal dari kata:jali (biji jali) dan jijih/jihwa (sumber penghidupan), yang oleh pengikutnya harus dilestarikan ditanam dan untuk melaksanakan itu atas petunjuk yang diberikan dibuatlah sistim sawah karena membutuhkan pengaturan air dan karena itu atas petunjuk Ida Betara Dalem maka sawah itu diberi nama Uma (Ida Betari Uma) dan karena terpetak-petak dengan ujung yang jelas maka disebutlah dia carik dan sebutan pusat pertanian dan para pengikut beliau lebih berkonsentrasi di sana dan pengambilan air yang paling utama saat itu adalah dari hulu dan disebut temuku aya dan oleh itu konon karena itu tempat itu dianggap suci dan memberikan berkah sehingga oleh para leluhur di Megati khususnya meyakini tempat itu sebagai beji sampai sekarang. Berselang berikutnya perkembangan semakin pesat penduduknya karena mereka lebih mempersiapkan makanan untuk menyambung hidupnya sehingga yang berkembang ramai pertama adalah Jelijih dan persawahan pun dibuat semakin luas oleh para pengikutnya dan sesuai etika mereka membuat sawah semakin ke hilir/teben untuk menghormati para pendahulunya dan pada jaman berikutnya ada penduduk tempat lain yang menyusul mengikuti pola tersebut tentunya semakin banyak yang mengikuti untuk pembangunan persawahan namun sebagai etika tetua mereka mereka tidak mau membangun di hulu dari pendahulunya tentunya ke hilir sehingga mereka tidak menggunakan lagi hilirnya persawahan untuk tempat tinggal.

Senin, 07 Maret 2016

Tahun Caka 1938

       Tahun Caka 1938


 

Dalam rangka menyambut Tahun Caka 1938 yang jatuh pada hari Rabu,Tanggal 9 Maret 2016,Desa Adat Jelijih melaksanakan serangkaian upacara Tawur Kesanga/mecaru untuk menghargai keberadaan Bhuta Kala.
Adapun rangkaian Upacara Tawur Kesanga Desa Adat Jelijih Tahun 2016 :
  1. Upacara Melasti/Melis,dilaksanakan pada Hari Senin pk:07:15 ,tanggal 7 Maret 2016. Ida Betara Tri Kayangan Mesiram Kesegara yang dilakukan tiap 1 tahun sekali sebelum upacara pecaruan/Tawur Kesanga dilaksanakan.
  2. Upacara Mecaru/Tawur Kesanga yang dilakukan di Pura Tri Kayangan,semua Pura yang ada di sekitar Desa Adat Jelijih serta tempat tinggal masing-masing krama banjar. Tujuanya adalah untuk melakukan persembahan yadnya kepada keberadaan Bhuta Khala serta sebagai simbul untuk menghargai keberadaanya di bumi ini.
  3. Nyepi,pada hari ini seluruh krama banjar melakukan Catur Berata Penyepian :
    Brata Amati Geni
    Tidak menyalakan api selama hari Nyepi, dimana api yang dimaksudkan disini adalah sifat-sifat kroda manusia, seperti amarah. Brata amati geni disimbolkan dengan pemadaman lampu selama hari Nyepi. Hal ini patut ditaati dan dilestarikan sepanjang masa, namun tetap harus ada kebijaksanaan seperti adanya umat sakit, bayi atau yang berumur tua renta. Sedangkan penyalaan api untuk kepentingan pelaksanaan upacara pada Hari Raya Nyepi tetap boleh sampai batas sebelum matahari terbit.
    Brata Amati Lelanguan
    Brata ini dimaksudkan bahwa pada hari Nyepi umat tidak boleh melaksanakan kegiatan yang berfoya-foya atau bersenang-senang. Hiburan selain membantu untuk menghilangkan kejenuhan secara tidak sadar akan membuat menjadi lupa diri dan terjerumus. Bila mampu umat sebaiknya melaksanakan puasa.
    Brata Amati Lelungan
    Brata ini dimaksudkan bahwa pada hari Nyepi umat tidak boleh berpergian melainkan harus tetap diam di rumah. Ini untuk melatih pikiran kita agar tidak senantiasa liar tetapi selalu ingat ke dalam sebagai instropeksi diri.
    Brata Amati Karya
    Brata ini dimaksudkan bahwa pada hari Nyepi umat tidak boleh melakukan pekerjaan, namun bukan berarti sama sekali tidak berkegiatan. Kegiatan yang tidak boleh dilakukan adalah kegiatan yang bersifat judi yang harus dinetralisir dengan pengendalian pikiran.
     
  4. Ngembak Geni,pada hari ini para krama Banjar Melakukan Kunjungan kepada sanak keluarga,untuk saling mempererat tali persaudaran serta Mulat Sarira (saling memperbaiki kelakuan yang salah),saling memaafkan atas segala kesalahan yang pernah dilakukan dan mulai dengan perbuatan yang benar untuk mencapai kedamaian (shanti).
     
Demikian informasi mengenai rangkaian upacara Tawur Kesanga Desa Adat Jelijih Tahun Caka 1938, semoga bermamfaat untuk kita ketahui kami mewakili admin situs "Dusun Jelijih Tegeh" Mengucapkan Selamat Hari Raya Nyepi Tahun Caka 1938 Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan kedamaian untuk kita semua " OM CANTI CANTI CANTI OM"